Info :

"Blog yang berisi informasi seputar kisah pribadi, perjalanan wisata, dalam blog ini penulis mencoba berbagi pengalaman semoga menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca, adapun blog ini merupakan blog pribadi yang di buat untuk mengisi kekosongan waktu dengan hal-hal yang bermanfaat dan semoga menginspirasi".

Sabtu, 19 Desember 2015

Situs Wisata Gunung Munara

Gunung munara adalah situs wisata alternatif di daerah bogor yang mulai banyak di kunjungi, saya bersama teman-teman berkesempatan untuk berkunjung ke Gunung Munara. Gunung Munara yang terletak di Kp. Sawah Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor ini memiliki ketinggian sekitar 1119 Mdpl. Sebetulnya Gunung Munara ini lebih cocok di sebut bukit karena ketinggiannya memang tidak terlalu tinggi, ini sangat cocok untuk anda yang hanya ingin sekedar hiking ringan.
Sumber : jalanpendaki.com
Lokasinya yang tidak jauh dari Ibu Kota Jakarta membuat lokasi ini mudah di jangkau, saya yang berangkat dari dari Tangerang menempuh waktu ± 2 Jam dengan jalan yang masih kurang begitu bagus membuat tempat ini nampaknya perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah setempat.
Jembatan Bambu Penghubung Menuju Puncak
Di situs Gunung Munara ini selain kita bisa mendaki puncak gunung disini pula terdapat beberapa petilasan atau goa yang di percaya masyarakat setempat sebagai tempat keramat. Konon di salah satu goa, Persiden Republik Indonesia yang pertama yaitu Bung Karno pernah bertapa di dalamnya.
Papan yang bertuliskan selamat datang ke kramat Gn. Munara
Sempat berfoto di salah satu goa
Nampak seorang pedagang berjualan di depan mulut goa

Untuk dapat melakukan pendakian sebelumnya kita harus membayar biaya parkir motor sebesar Rp. 5000,-/ Motor kemudian di lanjutkan membayar administrasi di loket masuk sebesar Rp. 5000,-/ orang. Pendakian memakan waktu ± 45 Menit untuk mencapai puncak, dengan kontur tanah yang lumayan naik turun tentunya kita harus berhati-hati untuk melangkahkan kaki setapak demi setapak.

Rehat sejenak

Sembari meluruskan otot-otot yang tegang karena mulai kelelahan, (hehehe maklum lah anak rumahan jadi kaget kalo di ajak jalan-jalan) sejenak saya dan teman-teman berfoto-foto ria terlebih dahulu sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan.
Mas Denny
Wawan / Aris / Yudha
Dan akhirnya setelah menghabiskan waktu beberapa saat, kami akhirnya tiba di puncak Gunung Munara. untuk mencapai puncak ini kita harus memanjat tebing batu yang lumayan curam, saya sendiri pun agak lumayan takut untuk memanjat ke atas karena saya phobia akan ketinggian, tapi belum lengkap rasanya jika tidak menikamati indahnya pemandangan yang terlihat dari atas puncak Gunung Munara ini

Tebing batu yang harus di daki
Foto by - Irpanr
Penampakan dari atas puncak
Mas Denny in Munara 1119 Mdpl
Dan saya yang begitu takut akan ketinggian
Semoga ini bisa menjadi referensi buat kalian yang ingin sekedar haiking-haiking ringan namun dengan panorama yang indah tentunya dengan budget yang murah meriah. Lokasi Gunung Munara ini sangat dengan Ibu Kota Jakarta so Have a Nice Day and Selamat liburaaan.
.

Jumat, 18 Desember 2015

Pesona Leuwi Liek & Leuwi Cepeut Little Green Canyon

Bogor ya kota yang berjuluk kota hujan ini sepertinya tak ada habis-habisnya menawarkan destinasi wisata alamnya, kali ini saya akan menuliskan cerita perjalanan saya, sebetulnya saya berkunjung ke tempat ini sudah sebulan yang lalu tepatnya 12 Nopember 2015 maklum orang sibuk. hehehe
Foto by Nurfalahudin
Saya bersama ke lima teman-teman saya, yaitu Denny, Daus, Yudha, Wawan dan Agiel berangkat dari Rumah di Desa Jatiwaringin Kecamatan Mauk Kab. Tangerang berangkat menggunkan sepeda motor perjalanan dari Rumah menuju lokasi di tempuh dengan waktu ± 2 Jam. Luewi Liek dan Surga tersembunyi lainnya berlokasi di Kampung Wangun cileungsi Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madan, Sentul - Bogor.

Sebenarnya di tempat ini masih ada leuwi-leuwi yang lainnya di antaranya yang paling terkenal adalah Leuwi Hejo kemudian disusul Curug barong lalu kemudian Leuwi liek dan leuwi cepeut, sayangnya saya tidak mengunjungi semua tempat itu, atas rekomendasi guide saya yaitu teman saya sendiri Mas Denny menurut beliau Leuwi Liek dan Leuwi Cepeut lebih mempesona. oh ya perlu di ketahui semua tempat tersebut masih satu dalam kawasan.

Rehat Sejenak Foto by Nurfalahudin
Perjalanan untuk menikmati surga yang tersembunyi ini tidaklah mudah, dari lokasi Parkir kendaraan kita harus naik ke atas bukit dengan kontur tanah yang naik turun, licin dan terjal setelah ± 20 menit kita sampai di Loket administrasi di tandai dengan adanya warung, di warung tersebut kita bisa rehat sejenak untuk sekedar minum atau duduk-duduk sesaat, Biaya masukknya murah meriah sekitar Rp. 5000,- saja, kemudian perjalanan masih harus dilanjutkan masih dengan kontur tanah yang sama tentunya kita harus berhati-hati karena di sisi kiri merupakan tebing curam. Perlahan namun pasti ± 40 menit akhirnya kita sampai di lokasi tujuan.
Mas Denny Gelayutan - Foto by Nurfalahudin

Sambutan dari Kang Agiel

Manjat dulu - Foto by Nurfalahudin
Langsung Loncat -  Foto by Nurfalahudin
 


Bendera ATC mulai di kibarkan



Setelah puas bermain air perut pun mulai terasa lapar, kami mulai membuka tas dan menyiapkan peralatan serta bahan-bahan untuk dimasak, sekedar saran untuk kalian yang ingin berkunjung kesini sebaiknya bawa kompor mini gas portable untuk memasak makanan atau yang hanya ingin membuat mie instan cukup membawa termos air panas, karena jika kalian ingin membeli makanan kalian harus naik dulu ke atas dengan jalanan yang licin dan curam. Memasak sendiri sangat menyenangkan dan berkesan apalagi di alam terbuka seperti ini sambil menikmati indahnya alam dan gemuruh riak air.

Masak-masak Foto by Nurfalahudin

Masak-masak dengan latar Leuwi Cepeut Foto by Nurfalahudin
  
Masak lagi Foto-  by Nurfalahudin
Tuh udah mulai mateng - Foto by Nurfalahudin

Setelah kenyang menyantap dengan hasil masakan sendiri kami lanjutkan perjalanan kami menuju leuwi lieuk, di leuwi lieuk ini hanya Denny dan Daus yang kembali bermain air karena saya dengan teman-teman yang lain rasanya sudah puas dan terlanjur kedinginan. Di leuwi lieuk tidak banyak foto yang saya ambil saya hanya bersenda gurau dengan teman-teman yang lain sambil menunggu Denny dan Daus beranjak dari air.

Sekedar Kongkow - Foto by Nurfalahudin
Tak terasa sudah hampir 7 jam kami disini menikmati indahnya alam surga tersembunyi yang diciptakan pemilik alam semesta, sudah sepatutnya kita menjaganya dengan baik, jangan rusak alam ini dengan kedok-kedok pembangunan. Cinta Alam Cinta Budaya Cinta Indonesia tetap di Lalempangan
Prepare Pulang - Foto by Nurfalahudin
Foto dulu sebelum pulang 

ATC berkibar lagi




Rabu, 16 Desember 2015

Wisata Budaya di Banten Lama

Pada hari Minggu tepatnya tanggal 13 Desember 2015 saya beserta teman-teman berwisata ke daerah Banten Lama disana banyak tempat-tempat bersejarah yang bisa dikunjungi di antaranya Istana Surosoan, Masjid Agung Banten, Situs Istana Kaibon, Benteng Spellwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, Vihara Avalokitesvara.Karena waktu yang terbatas saya bersama teman-teman hanya mengunjungi beberapa tempat saja, berikut tempat-tempat yang kami kunjungi sewaktu berwisata di Banten Lama.

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama 
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum. Berikut adalah beberapa foto yang 

Monumen Museum Situs Purbakala Banten lama



Gedung Museum Tampak Depan





Saya berfoto dengan salah satu Benda Koleksi Museum













Kemudian perjalanan kami lanjutkan menuju Masjid Agung Banten,
Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kesultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.

Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China. Ini adalah karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya, yaitu Maulana Hasanuddin dengan Permaisurinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah.

Di Masjid Agung Banten ini saya tak sempat untuk masuk kedalam Masjid dikarenakan banyak sekali para Peziarah dan Wisatawan yang memenuhi area Masjid ada yang memang datang untuk ber ziarah atau hanya sekedar ber wisata seperti saya, di Masjid Agung Banten ini saya menyempatkan diri untuk naik ke atas menara Masjid, untuk masuk ke Menuju atas Menara dikenakan Biaya masuk sebesar Rp. 2000,-. berikut moment-moment yang sempat kami abadikan.
Menara Masjid Agung Banten

Sempat Berfoto dengan Background Menara Masjid


Foto dari atas menara






Tidak berhenti sampai disitu kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Pantai Pasir Putih. Lokasinya tidak jauh hanya ± 10 Menit dari Area Masjid Agung Banten. Untuk masuk ke areal Pantai di kenakan Tarif Masuk dan Tarif Parkir masing - masing Rp. 3000,- . Tak lama kami mengunjungi pantai ini hanya ± 20 Menit karna terik matahari yang begitu menyengat dan tempat ini masih sepi pengunjung dan masih perlu penantaan lagi. Sepertinya tempat ini masih di kelola secara swadaya oleh masyarakat setempat. Berikut beberapa foto dari Pantai Pasir Putih 







Selepas menikmati hembusan angin dan hamparan lautan di Pantai Pasir Putih kami melanjutkan perjalanan berikutnya ke Keraton Kaibon.
Keraton Kaibon adalah sebuah Istana tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan Syaifuddin. Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja. Disampingnya ada sebuah Pohon besar dan sebuah Kanal. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebuah Istana yang sangat megah. Namun, Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya saat terjadi peperangan melawan Kerajaan Banten.
Berikut moment-moment yang kami ambil di Keraton Kaibon sekaligus mengakhiri Perjalanan Wisata Budaya kami di Banten Lama. Sampai Jumpa di Perjalanan Menarik Berikutnya.

Wawan dan Agiel
Gapura Keraton Kaibon yang Masih Berdiri Gagah







Sisa-sisi Reruntuhan Keraton Kaibon
















Pohon Beringin Raksasa yang Berusia Ratusan Tahun




Terima Kasih